Dr. Ahmad Sukandar, S. Ag., M.MPd (Ka. Prodi S2 PAI SPs. Uninus)
Bulan Ramadhan adalah momentum emas bagi sekolah untuk membangun karakter siswa melalui aktivitas spiritual yang bermakna. Surat Edaran Menteri Pendidikan tentang pengelolaan kegiatan selama Ramadhan, meski bermanfaat sebagai panduan umum, perlu diterjemahkan secara kontekstual oleh sekolah, terutama oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI), agar kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya memenuhi kewajiban administratif tetapi juga benar-benar produktif, bermakna, dan meninggalkan kesan mendalam bagi siswa.
Artikel ini akan mengelaborasi pendekatan filosofis, teoritis, dan empiris dalam menyelaraskan kebijakan dengan praktik di lapangan, serta memberikan gagasan praktis untuk mewujudkan “Ramadhan Bermakna dan Ceria” di lingkungan sekolah.
A. Pendekatan Filosofis:
Makna Ramadhan bagi PendidikanSecara filosofis, Ramadhan adalah momen tarbiyah ruhaniyah (pendidikan spiritual) yang bertujuan memperbaiki hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah), sesama manusia (hablum minannas), dan alam.
Dalam konteks pendidikan, Ramadhan dapat dijadikan wahana membangun kecerdasan spiritual (spiritual quotient), emosional (emotional quotient), dan sosial (social quotient) siswa.
Tujuan Filosofis:
1. Membentuk siswa yang tidak hanya berpuasa secara fisik, tetapi juga berpuasa dari halhal negatif seperti emosi buruk dan kebiasaan tidak produktif.
2. Membangun kesadaran akan kebermanfaatan hidup melalui aksi sosial selama Ramadhan.
Baca Juga Berita Ini 👇👇👇:
Peristiwa Isra Mi’raj dan Relevansinya dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah
B. Pendekatan Teoritis:
Integrasi Kebijakan dan PendidikanTeori experiential learning oleh David Kolb menegaskan bahwa pembelajaran yang bermakna terjadi ketika siswa mengalami langsung proses belajar melalui aktivitas nyata.
Dengan demikian, kegiatan Ramadhan yang dirancang guru PAI harus berbasis pengalaman yang dapat menanamkan nilai-nilai Islam secara mendalam. Surat Edaran Menteri memberikan kerangka umum yang harus diperkaya dengan konsep student – centered learning, yaitu kegiatan yang melibatkan siswa sebagai pelaku aktif.
Guru PAI berperan sebagai fasilitator, bukan sekadar penyampai informasi.
Implikasi Teoritis:
1. Guru PAI perlu mendesain program yang adaptif, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa.
2. Kegiatan harus dirancang untuk menghubungkan teori keagamaan dengan realitas kehidupan sehari-hari.
C. Pendekatan Empiris:
Pengalaman Positif Sekolah
Studi empiris menunjukkan bahwa kegiatan Ramadhan yang berbasis komunitas, seperti tadarus bersama dan aksi sosial, memiliki dampak signifikan pada pembentukan karakter siswa. Pengalaman beberapa sekolah yang berhasil melaksanakan kegiatan Ramadhan produktif mengajarkan bahwa:
1. Program yang menyentuh aspek emosional siswa, seperti berbagi takjil, lebih diingat oleh siswa dibandingkan ceramah monoton.
2. Melibatkan siswa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki.
D. Tips Praktis untuk Guru PAI
Agar kegiatan Ramadhan menjadi bermakna dan ceria, guru PAI dapat mempertimbangkan hal berikut:
Perencanaan Matang.
1. Evaluasi Minat Siswa: Lakukan survei untuk mengetahui jenis kegiatan yang diminati siswa.
2. Libatkan Siswa dalam Perencanaan: Bentuk panitia Ramadhan yang terdiri dari siswa untuk melatih kepemimpinan.
3. Diversifikasi Program: Buat variasi kegiatan agar siswa tidak merasa bosan.
E. Pelaksanaan Kreatifa.
1. Tadarus Tematik:
Gabungkan tadarus Al-Qur’an dengan kajian tematik, seperti tema akhlak mulia dalam surat tertentu.
a. Lomba Islami Virtual:
Adakan lomba ceramah, azan, atau poster Islami yang dipamerkan di media sosial sekolah.
2. Kegiatan Berbagi:
Libatkan siswa dalam penggalangan dana dan distribusi sembako atau takjil.
3. Monitoring dan Evaluasi.
a. Jurnal Ramadhan:
Minta siswa menulis pengalaman harian mereka selama Ramadhan.
b. Sesi Refleksi:
Adakan diskusi akhir pekan untuk mengevaluasi program dan membahas hikmah Ramadhan.
F. Gagasan Kegiatan Menarik untuk Siswa.
Safari Kultum:
Rotasi siswa untuk memberikan kultum di kelas atau musala, melatih kepercayaan diri mereka.
1. Buka Puasa Tematik:
Misalnya, “Buka Bersama Nusantara” dengan menu khas daerah.
2. Pesantren Kilat Digital:
Gabungkan pembelajaran agama dengan teknologi, seperti membuat video dakwah pendek.
3. Challenge Ramadhan:
Tantangan harian seperti menghafal ayat pendek atau melakukan kebaikan sederhana.
4. Aksi Lingkungan Islami:
Misalnya, membersihkan masjid atau menanam pohon dengan nilai sedekah.
G. Ramadhan Bermakna:
Indikator Keberhasilan
Agar kegiatan Ramadhan tidak hanya menjadi rutinitas, perlu indikator keberhasilan yang terukur:
1. Spiritualitas Siswa:
Adanya peningkatan ibadah dan pemahaman agama.
2. Kebersamaan:
Terjalinnya solidaritas di antara siswa.
3. Produktivitas:
Kegiatan menghasilkan karya nyata, seperti video dakwah atau donasi sosial.
Penutup:
Menghidupkan Semangat Ramadhan
Ramadhan harus menjadi momen yang dirindukan siswa, bukan sekadar memenuhi kewajiban administratif. Dengan pendekatan filosofis, teoritis, dan empiris, serta inovasi kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif, guru PAI dapat menciptakan “Ramadhan Bermakna dan Ceria”.
Hal ini tidak hanya memperkaya spiritualitas siswa tetapi juga meninggalkan kesan yang mendalam, menjadikan bulan suci ini sebagai ajang pembelajaran hidup yang sesungguhnya.
Mari kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai tonggak pembentukan generasi Islami yang ceria, kreatif, dan penuh makna.
Ma sya Allah, Alhamdulillah dengan membaca ini mampu memberikan ide dan persiapan untuk apa saja nnti yg akan di lakukan selama pembelajaran di bulan ramadhan
Terimakasih Mba Isma Yanti, semoga bermanfaat