Bandung, Jawa Barat – Dr. Sulistiyo dan Prof. Surya adalah tokoh pejuang guru yang berasal dari guru di sekolahan. Mengapa keduanya melegenda dan sampai saat ini di PB PGRI belum ada gantinya dalam membela guru honorer? Mungkin karena pembela guru harus punya pengalaman menjadi guru di sekolahan. Apa yang terjadi di sekolahan adalah fakta apa adanya.
Seperti yang disampaikan Dewan Pembina PGRI dan Aktivis Pendidikan Dr. Dudung Nurulloh Koswara, Senin (22/11/2021), bahwa berjuang membela guru dari tokoh yang berasal dari guru tentu sangat objektif tanpa modus. Bila berjuang membela guru dan mengurus organisasi guru bukan dari guru, tak pernah menjadi guru akan hambar.
Tokoh PB PGRI sekaliber Basyuni Suriamiharja, Prof. Surya dan Dr. Sulistiyo adalah mantan guru SD. Rasa gurunya genuine, bela gurunya tanpa modus.
Dewan Pembina PGRI dan Aktivis Pendidikan Dr. Dudung Nurulloh Koswara begitu pun Ketua FGHBSN Rizki Safari adalah guru muda yang memiliki rasa kebatinan guru luar biasa. Ia pun berjuang tanpa modus, murni demi martabat dan nasib guru karena Ia sendiri adalah guru SMAN 9 Kota Bandung, alumnus UNPAS Bandung. Ia menghimpun para guru honorer bersertifikat pendidik di sekolah negeri di Jawa Barat. Ia menyatukan diri, saling mendukung, saling belajar, saling menguatkan dan saling “berkorban” untuk perjuangan nasib guru honorer.
Dulu Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Hajar Dewantara hanya bertiga bisa mengguncang dunia. Mengguncang perjuangan pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia. Kini Rizki Safari dan himpunan guru honorer bersertifikat sekolah negeri, bersatu dalam tekad menjadi guru yang baik dan menjadi ASN yang berprestasi. Ini sangat positif.
Ketua FGHBSN Rizki Safari Bung Karno menyatakan dirinya bisa mengguncang dunia cukup dengan 10 orang pemuda. Mengapa tidak? FGHBSN yang jumlahnya hampir 2000an dan semuanya adalah sarjana pendidik, bisa “menguncang dunia” pendidikan.
FGHBSN dalam FGD di SMKN 1 Pacet Cianjur berkomitmen akan berbuat yang terbaik untuk pendidikan Indonesia, khususnya Jawa Barat. Ini satu komitmen yang harus mendapatkan dukungan semua pihak.
Hadir dua politisi baik hati yang sayang dan peduli guru honorer dari DPRD Provinsi Jawa Barat. Hadir pula perwakilan Disdik Provinsi Jawa Barat dan hadir pula Kepala KCD Wilayah VI.
Tidak ketinggalan pula, hadir seorang guru yang selalu peduli nasib guru yakni Ketua FAGI Jawa Barat, Iwan Hermawan sosok guru merdeka yang kritis. Sebagai penulis Saya pun hadir mewakili PGRI sebagai organisasi profesi guru.
“Para birokrat pendidikan, politisi pro guru honorer, praktisi pendidikan, organisatoris profesi guru bila berkolaborasi, seirama memberi dukungan pada entitas guru honorer di negeri ini sangatlah baik. Dalam pernyataan dukungan pada FGHBSN Saya sampaikan jangan pernah berhenti berjuang. Setidaknya miliki milintansi, prestasi, berliterasi, kolaborasi dan niat dedikasi terbaik di dunia pendidikan,” tegas Dudung.
Ketua FAGI Jawa Barat, Iwan Hermawan FGHBSN yang melaksanakan FGD di Pacet, Cianjur dalam upaya tetap semangat optimis menjadi guru yang dedikatif, prestatif dan kolaboratif dengan semua pihak. FGHBSN mengingatkan Saya saat menjadi guru honorer. Dimana pun ada panggilan menjadi narasumber dari guru honorer pasti Saya datang demi memberi dukungan dan motivasi bagi mereka.
Saya katakan pada mereka, menjadi guru itu, apalagi guru honorer sungguh sangat mulia. Bahkan Nabi Muhammad SAW mengaku diutus ke muka bumi sebagai seorang guru. Faktanya memang demikian. Nabi mengajarkan keimanan dan berakhlak mulia dengan memberi manfaat pada sesama. Guru honorer pun sama beribadah kepada Allah SWT dan mengabdi pada sesama sebagai guru honorer. Melayani anak didik adalah pekerjaan paling mulia di muka bumi. Mengapa? Karena anak didik adalah “makhluk” paling berharga.
Jangan pernah berhenti dan tetap kompak bersama dalam FGHBSN adalah hal baik. Silaturahmi harus tetap terjalin walau semuanya sudah jadi ASN kelak. Saat semuanya jadi ASN maka orientasi selanjutnya adalah menjadikan profesi guru sebagai profesi yang benar-benar menebarkan manfaat dan prestasi pada anak didik. FGHBSN yang lahir dari Bandung tak bisa dibendung, terus melambung menabuh genderang perjuangan guru honorer.
Sebagai Dewan Pembina PGRI Saya sangat apresiatif dan mendukung setiap hadirnya forum perjuangan guru dari dunia sekolahan. Masalah guru ada di sekolahan. Guru-guru adanya di sekolahan. Sekolahan menjadi spirit lahirnya perjuangan guru-guru di seluruh Indonesia. Teriak hidup guru dari mulut guru yang kesehariannya bekerja di sekolahan sangat objektif. Dari guru, oleh guru, untuk bangsa, pungkas Dudung Nurulloh Koswara.
(Sumber : Sambasnews.id/Dadan Sambas)