BANDUNG, — Jum’at (8/10/2021), menanggapi berita yang tengah viral akhir – akhir ini diberbagai media online, salah satunya CNN Indonesia yang menurunkan berita berjudul “Puluhan Warga Garut Dibaiat NII : Pemerintah Thogut” pada Rabu (6/10/2021) lalu.
Mantan Kadiv Humas Polri yang pernah juga Menjabat Kapolda Jabar dan Kapolda Sulsel Irjen Pol (Purn) Dr.Drs.H.Anton Charlian, MPKN., melalui saluran Kontak WA Media ini mengatakan, sejak 2 tahun yang lalu pihaknya pernah memberikan informasi baik ke para pihak terkait baik Polri maupun TNI, bersama tim Yeny wahid foundation agar hal tersebut segera diantisipasi oleh pemerintah dengan serius.
Karena gerakan mereka begitu masiv dan terstruktur, “Sementara kami pantau dari pihak Pemerintah sepertinya terkesan adem ayem, slow respon, hanya diantisipasi dengan pola-pola rutinitas biasa – biasa saja”, jelas Abah Haji Anton (sapaan familiar Irjen Pol Purn Anton Charlian).
Seyogyanya pihak pemerintah dan aparat terkait lainya bisa lebih Progresif dan punya pola – pola teknis dan taktis yang lebih khusus dalam mengantisipasi masalah ini. Baik dari Sisi Preemtif, Preventif maupun dari sisi refresifnya. Sinergi semua bergerak Sesuai dengan job description masing-masing, lanjutnya
“Kalau kita lengah ini akan jadi Bom waktu yang sangat berbahaya, hari ini mungkin cuma 59 orang, besok bisa satu Desa, dua desa, lama-lama bisa- bisa satu kecamatan dipengaruhi dan didominasi oleh kelompok mereka yang berafiliasi kepada NII.
Apalagi daerah Priangan punya sejarah khusus yang merupakan Kelahiran NII Kartosuwiryo, yang sampai saat ini masih kuat sekali Pengaruhnya, sehingga tidak menutup kemungkinan di kemudian hari mereka pun mendeklarasikan diri ingin membentuk otonomi sendiri bahkan tidak menutup kemungkinan ingin membebaskan diri dari NKRI dan membentuk NII.
Dalam skala didukung massa yang besar dan terkonsentrasi dalam satu Teritory, nanti kita semua baru terbelalak dan saling tuding satu sama lain.
Sementara pengalaman di Poso yang hanya ratusan orang saja dalam satu wilayah kecil yang sporadis, begitu merepotkan kita semua sampai butuh bertahun-tahun untuk menyelesaikannya.
Demikian juga Separatis Papua, apalagi jika satu wilayah teritori baik Desa apalagi satu Kecamatan, dampaknya bisa lebih dari Moro yang sudah dialami Pemerintah. Philippine, bisa puluhan tahun dampaknya bagi keutuhan NKRI, bahkan bila pihak Asing ikut campur tidak menutup kemungkinan juga bisa Lepas dari NKRI sebagaimana yang terjadi dengan Tim-tim.
Untuk itu agar Pemerintah harus segera melakukan langkah – langkah kongkrit dalam masalah ini adalah menyangkut masalah Pembelotan Ideologi, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Perang Ideologi jauh lebih Berbahaya dari hanya sekedar Perang fisik.
Maka upaya pemerintah pun untuk saat ini sebaiknya di khususkan untuk membentuk tim khusus yang mampu meluruskan kembali ideologi – ideologi mereka yang sudah terlanjur terpapar, baik secara terbuka maupun secara tertutup.
Hasil dari litbang BIN saja hampir lebih dari 39% mahasiswa Terpapar radikalisme yang merupakan salah satu Ciri khas ideologi NII ini, yang notabene sebagaimana kita ketahui bersama saat ini dimotori oleh HTI, Ikhwanul Muslimin, Jamaah Islamiah , JAD & JAT. Di tahun 2015 saja ketika Rapat Akbar di Gelora Bung Karno Hadir Kader-kader NII sekitar 400 ribu orang.
Garut menurut pengamatan kami hanya sekelumit kecil saja dari masalah NII Ini. Justru yang harus lebih diwaspadai adalah gerakan masif yang sekarang ini sedang berlangsung di Indonesia. Suatu Ancaman yang luar biasa. Sehingga bila kita lengah hanya tinggal menunggu Gong nya saja.
Untuk itu kami para Penggiat yang tergabung dalam tim anti Radikalisme dan Terorisme menghimbau sekaligus mengingatkan agar Pemerintah lebih Serius dan lebih Proaktif dalam menangani masalah NII ini.
Dan punya Strategi khusus sampai dengan tingkat Teknis dan Taktis yang jitu, sebelum semuanya jadi terlambat. Jangan sampai nanti anak cucu kita hanya mendengar cerita bahwa dulu pernah Ada sebuah Negara yang Bernama NKRI, yang Bhineka Tunggal ika yang berideologi Pancasila.
Saat ini menurut pengamatan dan hasil diskusi kami dengan Tim Anti Radikal dan Terorisme, di Indonesia tidak kurang dari 10 juta yang terpapar Ideologi NII”, tutur Abah yang juga pernah menjabat Kapolwil Priangan pada 2008 silam.
(Redaksi)