Aceh – Acara pernikahan merupakan acara yang sakral yang dilakukan oleh kedua mempelai yang akan menjadi suami istri. Salah satunya adat siram menyiram yang terjadi pada Adat pernikahan Rinda dengan Rahma pasangan Aceh – Jakarta di Desa Durian Rampak kec. susoh kab. Aceh Barat Daya, Rabu (16/02/22).

Rinda Satria dan Rahmawati merupakan pasangan antara warga Aceh dan warga Jakarta yang mana telah melaksanakan pernikahan/ perkawinan ala adat Susoh Aceh di Desa Durian Rampak, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat.

Acara pernikahan/perkawinan di Desa Durian Rampak memang memiliki keunikan tersendiri. Dalam pelaksanaannya, sehari sebelum resepsi ada sebuah acara yang namanya Keduri Kecil atau juga disebut Mandi Pucuk yang di iringi Syair Dendang Nasehat memperkenalkan kepada famili dekat dengan tepung tawar (peusejuk) kedua mempelai.

Setelah selesai peusejuk, kedua mempelai duduk di kursi yang sudah disediakan dengan di iringi Sholawat Atas Nabi serta mendo’akan kedua mempelai semoga sehat, mendapatkan keturunan, dan menjadi keluarga Sakinah, Mawadah, Warahmah.

Kegiatan siraman pamandian dilakukan sanak saudara terdekat, bahkan ada kejar kejaran sambil membawa air, yang mana hal tersebut merupakan sebuah tradisi di Desa Durian Rampak hingga membuat keseruan.

Uniknya, jika ada famili telat datang yang masih hubungan dekat dengan pengantin baru, maka akan menjadi sasaran penyiraman.

Sementara itu, terlihat dari sisi dapur sibuk dengan kelompok masak yang menyiapkan berbagai masakan gulai tradisional, hingga memotong kambing dan lainnya.

Selanjutnya, ketika malam tiba acara dilanjutkan dengan menampilkan seni budaya Aceh, seperti Debus, rapai geleng, hikayat, tarian ranub lampuan oleh para anak anak hingga dewasa.

Menurut Mami, “Setiap pelaksanaan pernikahan perkawinan di Desa Durian Rampak Kecamatan Susoh warga kami sangat kompak, baik perencanaan tanda pertunangan, peminangan, pesta resepsi, sampai dengan selesai para famili famili dekat, pemuda, aparatur desa, tetangga, sahabat atau pun kerabat kerabatnya hadir dan saling membantu sesuai dengan kemampuannya,” ucapnya.

“Ananda kami Rinda pulang dari Jakarta dengan membawa Istrinya asli Betawi untuk melakukan pelaksanaan pesta pernikahan yang mana acara ini akan berlangsung selama 5 hari nonstop,” tuturnya.

Dalam acara Pesta perkawinan ini, katanya, “Kami sengaja menggelar seni budaya nenek moyang yang hampir hilang, apalagi pengantin kedua mempelai berasal antara Aceh dengan Betawi Jakarta, tentunya akan menjadi seru,” ucapnya.

Nanti malam, lanjut Mami, “Rombongan jamaah masjid Baitul Qahhar Durian Rampak akan membaca Samadiah dan doa untuk kedua mempelai, dan kepada kedua orang tua yang telah meninggal kami tentu mendo’akan,” imbuhnya.

“Malam besoknya juga masih seru, karena karena akan ada acara membuka kado pembawaan buah tangan sanak saudara, tetangga maupun para undangan, dan akan membagi bagikan juga kado kado tersebut,” ujarnya.

“Begitulah adat istiadat pesta pernikahan perkawinan kami di Aceh, yang tentu berjalan sangat sakral,” tutupnya.

 

(Ar1)

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *